Jumat, 05 Agustus 2011

from my little sista :)

sepotong kisah dari masa laluku

oleh Halida Hasyati Aima pada 20 Mei 2011 jam 12:41
Mie instan dan Kakakku

Kakak perempuanku bukan tipe kakak yang penyayang. Entah karena rasa sayang itu tak pernah ada untukku, atau memang karena dia yang tidak pandai menyampaikannya padaku. Dia lebih sering mengejekku, memanggil-manggil namaku dengan sebutan yang lain, menyakitiku dengan mencubit atau memukulku, ketimbang dengan mengajakku bermain bersama, mengelus-elus rambutku manja, bercanda berdua, dan lain sebagainya.
Tapi itu dulu, sewaktu kami sama-sama masih kecil. Tepatnya ketika kami masih duduk di bangku sekolah dasar. Dia yang terkenal acuh dan terkesan galak padaku pun menjadi kusegani dan jarang kudekati maupun kuajak bermain. Namun di samping itu semua, dia punya satu sifat yang amat menyenangkan hatiku apabila ia melakukannya padaku.
Berbagi. Ia begitu pandai berbagi. Begitu mencintai berbagi.
Makan mie instan adalah salah satu kesenangannya. Terlebih apabila ia memasak sendiri. Itu akan jadi kebanggaan besar baginya. Sementara aku sebagai adik, dengan usia yang dua tahun lebih muda darinya dengan kemampuan memasak yang tak semahir dirinya, pastilah iri melihat ia bisa memakan mie instan walau tak ada yang memasakkannya. Padahal aku sendiri, takut memintanya untuk memasakkanku mie instan, mengingat ia begitu galak padaku.
Akhirnya, aku yang saat itu masih kecil dengan pandangan yang lugu, hanya bisa “ngiler” melihatnya menyantap mie instan dengan lezatnya.
Tapi apa yang kemudian terjadi?
Kakakku menoleh ke arahku yang tampak kepingin itu dengan senyumnya yang manis. Ia menyendokkan sesuap mie instan sambil berkata, “Ak..” mengisyaratkan agar aku membuka mulutku. Sementara aku yang begitu kepinginnya langsung membuka mulutku dengan semangat, dan kakak pun memasukkan suapan mie instan padaku dengan cinta.
Tak hanya itu, ia masih meneruskan sifat berbaginya. Ia berkata padaku, “Ini, habiskan saja” katanya sambil memberikan mangkuk mie instan-nya yang masih ada seperempat untukku. Dan aku menerimanya dengan sumringah. Secepat mungkin aku menghabiskannya dan menyisakan mangkuk tersebut beserta sendoknya.
Kala itu, yang terpikir olehku adalah betapa baiknya kakak padaku. Tak lagi berpikir dia yang galak dan acuh itu. Dalam detik-detik itu ia menjadi yang paling sempurna dalam pikirku. Terlebih di rumah tidak ada orangtuaku saat itu, jelas dialah yang kemudian menggantikan posisi keduanya dalam pengasuhanku. Ah, sungguh mindsetku pun berubah seketika karena sesuap mie instan dan sisa darinya untukku.

hmmmm so sweet...thanks sist muachh :)

3 komentar:

  1. hahaha seko idol hehe :)
    aku jg terharu membacanya hehe :)

    BalasHapus
  2. adekmu lucu + apikan yo.. Haha.. Koyo mbakyune..
    Wah, in.. Masa kecilmu koq serem yo.. Hehe..
    ak dadi wedi..

    BalasHapus